
Sekitar 1.300 orang mahasiswa IAIN Batusangkar
diprogramkan mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) angkatan III tahun 2018. Hingga
berita ini diturunkan, sebanyak 935 orang dari jumlah tersebut telah mendaftar
secara
online via
e-campus IAIN Batusangkar. Pendaftaran yang
akan ditutup tanggal 28 Februari 2018 ini hanya bisa diikuti oleh mahasiswa
mahasiswa semester VI ke atas yang memiliki IPK minimal 2,25. Saat mendaftar,
calon peserta diharuskan untuk mengunggah
soft copy pas photo terbaru ukuran
3x4 cm, scan asli KTP, scan asli tranksrip nilai dan scan asli sertifikat
kelulusan materi Praktek Pengamalan Ibadah (PPI).
Setelah pendaftaran berstatus diterima, calon
peserta diharuskan mengikuti wawancara potensi untuk pembagian kelompok dan
penempatan lokasi. Kegiatan ini dilaksanakan mulai tanggal 05 Februari s.d 12
Maret 2018. Pada wawancara ini akan digali kemampuan peserta yang bisa
dimanfaatkan saat KKN nanti. Seperti yang dikatakan oleh Nadya Ulfa, mahasiswa
jurusan Akuntansi Syariah. Ada beberapa pertanyaan yang diajukan. Mulai dari
nomor HP mahasiswa dan orang tua yang aktif, pernah atau tidak menjadi imam di
Masjid/Mushalla, bisa mengaji irama (tilawah) atau tidak, keahlian apa saja
yang dimiliki hingga punya pacar atau tidak. Awalnya Ulfa merasa sangat grogi
dan cemas, namun semua perasaan tersebut hilang karena pertanyaan yang
diberikan tidak sulit untuk dijawab. Ulfa menyadari bahwa wawancara ini
dilakukan agar masing-masing kelompok memiliki orang yang bisa jadi imam, bisa mengaji
irama, bisa ceramah atau bisa jadi khatib. Jadi, “kelompok tersebut gak
malu-maluin”, ujarnya sambil tertawa.
Hingga saat ini, wawancara ini telah diikuti
oleh sekitar 250 orang. Artinya, sekitar 80% calon peserta belum mengikuti
wawancara. Drs. Afwadi, M.Si, selaku ketua BP-KKN memprediksi bahwa calon
peserta akan membludak pada hari-hari terakhir proses wawancara seperti yang
terjadi tahun sebelumnya. Kecenderungan mahasiswa yang suka mengulur-ngulur
waktu sementara tenaga pewawancara yang terbatas dan tidak hanya concern
untuk mewawancara saja karena mesti mengerjakan tugas pokoknya membuat
detik-detik terakhir wawancara terasa berat. Padahal panitia jauh-jauh hari
telah membuka kesempatan demi menghindari penumpukan calon peserta. Sayang,
usaha tersebut sepertinya belum membuahkan hasil yang menggembirakan.
Yusrizal
Effendi, M.Ag, Ketua LPPM mengatakan bahwa wawancara ini sangat penting untuk
diikuti. Argumennya, proses wawancara dapat menjaring potensi-potensi apa saja
yang dimiliki oleh calon peserta. Misalnya ada peserta yang memiliki potensi
menjadi imam, da’i/da’iyah, qori/qori’ah dan segenap potensi
lainnya yang bisa dimanfaatkan ketika peserta berada di lokasi KKN. Mengingat
sebuah kelompok mahasiswa KKN mesti mengakomodir perimbangan potensi personal
mahasiswa dari sisi gender, bidang ilmu jurusan/ fakultas dan kemampuan
lapangan lainnya. Potensi tersebut kemudian dipetakan lalu dimanfaatkan untuk
didistribusikan dalam pembagian kelompok dan penempatan lokasi KKN. Strategi
ini diterapkan agar terbentuk kelompok yang solid dan mampu bekerja sama untuk
memberdayakan masyarakat. (FN)